Minggu, 31 Agustus 2014

Emosi dalam Organisasi (Bahan Diskusi Rabu 3 September 2014)



Bahan Bacaan: Glaso, Lars. 2012. Workplace  Bullying, Emotions, and Outcomes. Violence and   Victims, 27 (3): 360-377.

Penelitian Glaso (2012) menunjukkan dampak negative dari emosi dalam organisasi. Hasil penelitian itu antara lain:
  1. Perilaku “bullying” di lingkungan kerja dapat berpengaruh positif terhadap emosi negative karyawan.
  2. Emosi negative berpengaruh negative terhadap kepuasan kerja karyawan.
  3. Emosi negative berpengaruh positif terhadap keinginan karyawan untuk meninggalkan organisasi.
  4. Emosi negative berpengaruh negative terhadap komitmen organisasional karyawan

Bahan Diskusi:

  • Berikanlah contoh emosi negative dan contoh emosi positif karyawan dalam organisasi.
  • Seandainya Saudara seorang manajer dalam suatu organisasi, bagaimana cara Saudara mengelola emosi karyawan agar tidak merugikan karyawan dan organisasi secara keseluruhan? 
Selamat berdiskusi…

Komentar tentang Materi Kondisi Global (Bahan Diskusi Bagian Kedua Kelas Pengantar Bisnis 4 September 2014)

Silahkan baca buku teks kita bab 4. Setelah itu baca komentar-komentar yang ada pada postingan saya pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2013.

Bahan Diskusi:

Pilihlah satu komentar yang menurut Saudara paling menarik dari komentar-komentar tersebut. Jelaskan juga mengapa Saudara menganggap komentar tersebut yang paling menarik.
Saudara juga diperkenankan mengomentari komentar teman sekelas Saudara. Selamat berdiskusi...

Komentar tentang Materi Kondisi Ekonomi (Bahan Diskusi Bagian Pertama Kelas Pengantar Bisnis 4 September 2014)

Silahkan baca buku teks kita bab 3. Setelah itu baca komentar-komentar yang ada pada postingan saya pada hari jumat tanggal 23 Agustus 2013.

Bahan Diskusi:

Pilihlah satu komentar yang menurut Saudara paling menarik dari komentar-komentar tersebut. Jelaskan juga mengapa Saudara menganggap komentar tersebut yang paling menarik.
Perhatian: Mohon komentar di postingan ini, jangan komentar di postingan tahun 2013. Saudara juga diperkenankan mengomentari komentar teman sekelas Saudara. Jangan lupa bahwa minggu ini ada 2 postingan karena minggu ini kita akan membahas 2 bab. Selamat berdiskusi...

Minggu, 24 Agustus 2014

Motivator untuk dapat Menikmati Pekerjaan ( Bahan Diskusi 27 Agustus 2014)



Bahan Bacaan: Lauber, Erick. 2014. Battle Burnout: Address the 6 motivators for enjoying work. The Canadian Manager. Spring 39 (1): 20-21

Banyak karyawan yang merasa malas ketika hendak berangkat kerja. Perasaan malas atau tidak bersemangat tentu saja akan berdampak pada kinerja karyawan tersebut. Hal tersebut dapat menjadi signal bahwa karyawan tidak dapat menikmati pekerjaan mereka.  Lauber (2014) mengemukakan ada 6 motivator yang dapat membuat karyawan dapat menikmati pekerjaannya, yaitu:

  1. Kebanggaan karyawan akan apa yang dia kerjakan
  2. Kesadaran akan partisipasi pada suatu kebaikan yang lebih besar
  3. Hubungan individu yang baik di lingkungan kerja
  4. Perasaan menjadi bagian dari satu tim/kelompok
  5. Adanya aktivitas fisik dalam pekerjaan
  6. Adanya tantangan baru dalam pekerjaan

Bahan Diskusi:


  1. Jika saudara karyawan suatu organisasi, manakah  dari keenam hal di atas yang paling membuat Saudara bersemangat untuk berangkat menuju tempat kerja? Jelaskan pilihan Saudara!
  2. Jika Saudara manajer atau pemilik perusahaan, manakah dari keenam hal di atas yang paling sulit Saudara upayakan bagi karyawan Saudara dan sebaliknya, manakah yang paling mudah untuk Saudara upayakan. Jelaskan pilihan Saudara!

Minggu, 17 Agustus 2014

Lanjutkan Diskusi Sebelumnya (Bahan Diskusi tanggal 21 Agustus 2014)


Silahkan lanjutkan diskusi pada postingan saya tanggal 18 Agustus 2013 tentang Sistem yang ada dalam satu organisasi. Perhatian: jangan komentar di postingan ini dan jangan mengomentari komentar-komentar lama (yang bukan kelas semester ini). Terima Kasih

Sabtu, 09 Agustus 2014

Memahami Organisasi (Bahan Diskusi tanggal 14 Agustus 2014)




1.      Latar Belakang
Setiap orang pasti pernah/sedang/akan terlibat dalam suatu organisasi. Oleh karena itu maka studi terhadap organisasi dapat bermanfaat bagi setiap orang untuk dapat berperan dan memperoleh manfaat dari hidup berorganisasi. Meskipun demikian, studi tentang organisasi tidaklah mudah karena tidak sekedar membahas suatu sistem baku melainkan studi ini menjadi unik dan sulit karena berhubungan dengan manusia yang terlibat dalam organisasi tersebut. Kenyataan itu menambah pentingnya mempelajari organisasi.

2.      Permasalahan
Permasalahan pokok dalam artikel-artikel ini adalah bagaimana memahami organisasi itu. Permasalahan pokok tersebut oleh para penulis artikel disoroti dari sudut pandang yang berbeda-beda.  Perows (1997) menyoroti dari sudut pandang sejarah perkembangan teori yang berkenaan dengan organisasi, Sills (1997) tentang potensi dan keterbatasan pengetahuan tentang perilaku, dan  Nadler & Michael (1995) secara lebih spesifik tentang salah satu model yang dapat dipakai untuk mendiagnosa perilaku organisasional.
3.      Pembahasan
Perows (1997) mencoba menjelaskan sejarah singkat teori organisasi dengan mengemukakan dua  kekuatan besar yang berbeda dalam analisisnya tentang bidang organisasional. Salah satu kekuatan lebih melihat organisasi seperti sebuah mesin sedangkan kekuatan lain organisasi seperti hubungan manusia sehingga lebih menekankan pada individu, akomodatif, dan mengambil inspirasi dari sistem-sistem biologis.
Perows kemudian mengawali uraian  sejarah itu dengan hancurnya manajemen klasik tentang organisasi akibat berbagai perubahan yang dihadapi oleh organisasi yang semakin kompleks. Selanjutnya, hubungan manusiawi mulai dimasukkan sebagai salah satu reaksi atas birokrasi yang telah dikembangkan dalam manajemen klasik. Meskipun demikian, sistem birokrasi kembali lagi ditandai oleh munculnya  jalur pemikiran mekanistik yang antara lain diwakili oleh para programer linier, ahli anggaran, dan analis keuangan. Setelah itu, kekuasaan, konflik, dan keputusan dan kemudian teknologi ikut masuk juga dengan membawa penegasan pada teori-teori yang ada.
Sedangkan Sills (1997) berusaha untuk memberikan suatu pendahuluan ringkas tentang pengetahuan tentang perilaku terutama tentang mana yang termasuk di dalamnya serta mengapa hal lainnya justru tidak termasuk dalam pengetahuan itu. Oleh karena itu, ia membahas pokok-pokok itu mulai dari definisi istilah sampai pada aplikasinya.
Sills menuntut agar pihak-pihak yang terkait dengan penelitian tentang hubungan antara perilaku dengan ilmu pengetahuan tentang perilaku, untuk bersifat jujur dengan menganalisa atau memanfaatkan hasil penelitian itu apa adanya, lepas dari unsur subyektif yang melekat pada pihak-pihak tersebut. Dengan demikian maka potensi dan keterbatasan dari pengetahuan tentang perilaku dapat disikapi secara tepat.
Akhirnya, Nadler & Michael (1995) menawarkan model yang lebih konkrit untuk lebih memahami  perilaku organisasional. Model kongruens merupakan model yang menekankan pada keserasian pada komponen-komponen yang saling bergantung dalam suatu sistem organisasi. Bertitik tolak dari premis bahwa manajer yang baik harus bisa mendiagnosa perilaku yang ada dalam organisasi, maka model ini dapat membantu manajer untuk menjadi manajer yang baik.

4.      Tanggapan
Setelah mencermati apa yang dikemukakan oleh para penulis dalam artikel mereka maka dapat ditarik beberapa poin tentang studi organisasi.   Poin-poin itu adalah sebagai berikut:
a.       Studi tentang organisasi telah menghasilkan berbagai teori tentang bagaimana organisasi itu sebaiknya dikelola. Pendekatan birokrasi dapat lebih tepat digunakan jika pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi tersebut telah bersifat rutin sedangkan pendekatan hubungan personal lebih tepat untuk pekerjaan non rutin.
b.      Pengetahuan tentang perilaku dapat membantu manusia dalam memahami lingkungannya termasuk interaksinya dalam hidup sosial sehingga pengetahuan ini dapat diterapkan dalam kehidupan industri/ekonomi. Kesulitan/keterbatasan yang ada pada pengetahuan ini lebih disebabkan oleh peneliti, manajer dan anggota serikat buruh dalam menyikapi penelitian di bidang ini. Oleh karena itu, pengetahuan akan metodologi, dan bagaimana menafsirkan penelitian itu dengan benar dapat memberikan sumbangan positif terhadap organisasi.
c.       Salah satu metode yang dapat dipakai untuk mendiagnosa  perilaku organisasional adalah model kongruensi. Model ini memfokuskan pada karakteristik utama dari sistem yaitu adanya ketergantungan antar komponen yang membentuk sistem tersebut. Efektifitas sebagai tujuan dari sistem hanya akan tercapai jika ada kongruensi di antara komponen-komponen yang membentuknya. Oleh karena itu model ini bermanfaat bagi para manajer dalam usahanya memahami perilaku organisasional yang ada.


=o0o=

Daftar Acuan


Nadler, D. A., & Michael, T. 1995. A congruence model for diagnosing organizational behavior. in D. A. Kolb, J. Osland and Irwin M. Rubin. The Organizational Behavior Reader, Sixt Ed., London: Prentice Hall International, Inc. 562-578.
Perows, C. 1997. The sort and glorious history of organizational theory. in D. Buchanan and A. Huczynski. Organizational Behavior: Integrated Readings. London: Prentice Hall. 5-16.
Sills, P. 1997. The behavior sciences: their potential and limitations. in D. Buchanan and A. Huczynski. Organizational Behavior: Integrated Readings. London: Prentice Hall. 17-30.
            

BAHAN DISKUSI:

Berdasarkan pengamatan dan atau pengalaman Saudara, jelaskan dengan contoh:

  1. Mengapa suatu organisasi dibentuk atau didirikan.
  2. Mengapa seseorang mau bergabung dengan suatu organisasi.

Selamat berdiskusi, Saudara diminta menanggapi 2 pertanyaan utama sebelum Saudara boleh menanggapi komentar rekan lainnya.