Sabtu, 10 Oktober 2015

Persepsi Konsumen akan Harga yang Adil




Merujuk Garreth dan Konowski, Bertens (2013) mengemukakan 4 faktor yang menyebabkan harga menjadi tidak adil, yaitu:
  1. Penipuan (muncul karena ada kolusi  para produsen atau distributor)
  2. Ketidaktahuan dari konsumen
  3. Penyalahgunaan Kuasa (muncul karena ada produsen yang bersaing secara tidak sehat dengan menerapkan predatory price
  4. Manipulasi Emosi
Bertens (2013) memberikan contoh di mana harga bisa menjadi kurang adil karena factor ketidaktahuan konsumen, antara lain sebagai berikut:
  • Produsen mencetak harga yang lebih tinggi dari kenyataan pada kemasan untuk memberi kesan pada konsumen bahwa mereka memberi harga lebih murah ketika pengecer menjual dengan harga lebih rendah dibanding yang tertera pada kemasan.
  • Toko menawarkan harga diskon padahal harga itu adalah harga sebenarnya
  • Toko menggunakan promosi “bayar satu bawa dua” tapi sebenarnya harga tersebut sama dengan harga kedua produk tersebut
  • Produsen besar menjual produk yang sama dengan menggunakan dua merek, kemasan, dan harga yang berbeda, dengan pertimbangan konsumen tertentu akan berpendapat bahwa barang yang lebih mahal itu lebih berkualitas.

Bahan Diskusi:
Saat ini Saudara lebih banyak berperan sebagai konsumen. Menurut Saudara, harga seperti apakah yang Saudara anggap ADIL? Berilah contoh produk barang atau jasa yang pernah Saudara gunakan dan harganya Saudara anggap adil dan jelaskan alasannya. Selamat berdiskusi...


MOHON PERHATIAN:
Kelas A dan Kelas B harus memberi contoh  sendiri sebelum menanggapi contoh dari teman-teman yang lain

Senin, 05 Oktober 2015

Ketika Produsen Harus Lebih Bertanggung Jawab



"Teliti sebelum membeli" merupakan ungkapan yang menyiratkan akan posisi yang sangat lemah dari konsumen dan menunjukkan posisi sebaliknya dari produsen. Akan tetapi, era tersebut sepertinya akan berakhir. Tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bisnis serta semakin cerdasnya konsumen mendorong munculnya ungkapan baru yaitu "Teliti sebelum menjual" atau "Teliti sebelum memproduksi". Tanggung jawab akan dampak dari apa yang dikonsumsi bukan lagi terutama terletak pada konsumen tapi justru pada produsen. Selain akan berhadapan dengan tuntutan hukum, produsen juga akan berhadapan dengan “sanksi” yang lebih berat yaitu beralihnya konsumen ke produsen lain. Memang salah satu tuntutan etis yang mendasar dalam bisnis adalah bagaimana pebisnis menghasilkan produk barang dan jasa yang tidak atau semakin kecil dampak negatifnya terhadap konsumen.
Pepsi Co. merupakan perusahaan multinasional di bidang makanan dan minuman. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada produknya yang jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dapat merugikan kesehatan karena kalori dan gula yang terkandung di dalamnya. Pepsi Co. menyadari bahwa produknya memang dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu “Fun for You” (produk yang menyenangkan ketika dikonsumsi tapi dapat berdampak negative ketika mencapai jumlah tertentu) dan “Good for You” (produk yang baik untuk kesehatan ketika dikonsumsi, seperti Quaker Oats dan Tropicana). Menurut Indra Nooyi, CEO Pepsi Co., saat ini perusahaan semakin mengurangi gula, garam, dan lemak pada produk-produk utamanya (HBR, September 2015). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Pepsi Co. semakin menunjukkan tanggung jawab terhadap konsumennya.

Bahan Diskusi:
Berilah contoh praktek bisnis yang menunjukkan bahwa pebisnis bertanggung jawab terhadap konsumen yang menggunakan produknya yang pernah Saudara dengar, baca, atau bahkan alami sendiri. Silahkan mencantumkan nama organisasi yang mempraktekkannya. Sebab, salah satu tuntutan etis bagi kita untuk ikut menyebarkan sisi-sisi positif dari organisasi bisnis yang ada. Selamat berdiskusi...


MOHON PERHATIAN:
Khusus untuk postingan ini, Kelas A dan Kelas B harus memberi contoh pebisnis yang bertanggung jawab dan setelah itu bisa menanggapi contoh dari teman-teman yang lain

Minggu, 04 Oktober 2015

Memperlakukan Karyawan Seperti Keluarga Sendiri



Ibu Tio Lie Lie  adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang wirausaha. Ia telah 20 tahun menjalankan usaha bakery "Lily Spiku" di Surabaya. Adapun nama usaha tersebut diberi nama sesuai nama Indonesia-nya sendiri, yaitu Lily. Toko tersebut khusus menerima pesanan kue spiku.
Ibu Lily menganggap dan memperlakukan karyawan sebagai anggota keluarga sendiri.

Dari perspektif pengelolaan SDM, apa tanggapan Saudara terhadap cara Ibu Lily memperlakukan karyawannya? Apakah ada dampak negative maupun dampak positif terhadap bisnis tersebut jika dikelola sedemikian?
Silahkan lihat blog kuraberbisnis.blogspot.com pada postingan saya tanggal 1 Juni 2015 yang berjudul: Karyawanku Keluargaku.

Perhatian: Komentar Saudara langsung pada blog tersebut, jangan pada blog ini. Terima Kasih