Diringkas dari buku Perilaku Keorganisasian (Robins) dan beberapa sumber tambahan lainnya
(julius runtu)
1. Pengantar: Suatu Gambaran Umum Struktur Organisasional
Setiap organisasi memiliki
tujuan yang ingin dicapai serta bagian-bagian yang memungkinkan tujuan itu
dapat dicapai. Struktur organisasi merupakan salah satu features organisasi yang digunakan untuk mengendalikan atau
membedakan bagian-bagiannya (Gibson, Ivancevich, & Donnely, 1997).
Pengadopsian struktur yang tepat akan sangat bermanfaat bagi organisasi. Untuk
memungkinkan hal itu, perhatian pada apa yang membentuk suatu struktur atau
determinan struktur organisasi menjadi sangat relevan.
Penelitian empiris tentang
determinan struktur telah dimulai oleh kelompok Aston, antara lain Pugh,
Hickson, Hinings, dan Turner (1968). Mereka mengemukakan adanya 4 determinan
(penentu) dan 6 dimensi struktur. Keempat determinan itu– ukuran, teknologi,
ketakpastian lingkungan, dan kompleksitas –
senantiasa dirujuk dalam pembahasan tentang struktur.
Ukuran (size) berdampak pada peningkatan diferensiasi struktural,
berhubungan secara negatif dengan sentralisasi, serta berhubungan secara
positif dengan formalisasi dan komponen administratif (Pfeffer, 1982). Semakin
besar suatu organisasi, maka akan semakin terdiferensiasi. Sebab, organisasi
itu akan cenderung mempertahankan keuntungan dengan meningkatkan spesialisasi
(Miller & Droge, 1986; Paramita,
2001). Di lain pihak, peningkatan
ukuran suatu organisasi akan mengakibatkan kesulitan koordinatif sehingga mendorong pengadopsian alat seperti kontrol,
standar peraturan dan kebijakan, serta prosedur formal. Hal itu membatasi
kebebasan pengambilan keputusan pada manajemen level lebih rendah dan
mengijinkan pendelegasian otoritas secara lebih sistematik (Blau &
Schoenherr, 1971, dalam Miller & Droge, 1986).
Teknologi merupakan alat, perlengkapan
atau material; pengetahuan dan keahlian untuk menggunakannya; dan mekanisme
koordinatif serta pola aktivitas yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
organisasi (Jelinek, Litterer, & Miles, 1981). Para peneliti Aston
membangun suatu dimensi teknologi yang disebut workflow integration yaitu perluasan pada aliran pekerjaan yang
terotomatisasi, saling tergantung, dapat diukur, dan dapat diadaptasi untuk
tujuan yang lain. Mereka menemukan bahwa dimensi ini berhubungan secara moderat
terhadap formalisasi, sentralisasi otoritas, dan ukuran komponen suportif (Pugh
et al., 1968). Miller dan Droge
(1986) mengemukakan bahwa kelompok Aston (yaitu: Pugh et al., 1968, 1969; Hickson et
al., 1969) yang pertama melakukan investigasi atas dampak
teknologi terhadap struktur. Meskipun demikian, gagasan ini sebenarnya
telah dikemukakan sebelumnya oleh Woodward (1965) dan Thompson (1967). Mereka
berpendapat bahwa teknologi memiliki pengaruh penting terhadap kompleksitas
struktural, penggunaan kontrol dan alat integratif, serta sentralisasi
otoritas.
Meskipun teknologi tidak
tampak memiliki dampak yang konsisten terhadap struktur (Donaldson, 1976),
terdapat hasil signifikan yang tersebar dalam penelitian-penelitian terdahulu
tentang dampak teknologi terhadap struktur
(Miller & Droge, 1986). Oleh
karena itu, teknologi tetap penting dimasukkan dalam suatu model untuk
memprediksi struktur.
Woodward (1965) mengemukakan
bahwa organisasi dalam industri proses akan lebih terdesentralisasi daripada
organisasi dalam large batch dan yang
memproduksi produk secara masal. Sebab, level teknologi yang digunakan dalam
industri proses lebih tinggi/rumit dibandingkan dengan yang digunakan dalam
industri dengan produk masal. Semakin tinggi level teknologi yang digunakan
organisasi, maka semakin terdesentralisasi organisasi itu (Martinson &
Martinson, 1994). Hal itu disebabkan pimpinan organisasi semakin sulit untuk
menguasai sendiri pengoperasian teknologi yang digunakan dalam organisasi.
Salah satu faktor lain yang
ikut menentukan struktur dan semakin banyak diteliti adalah ketakpastian
(Miller & Droge, 1986). Ketakpastian lingkungan merupakan suatu
ketakmampuan individual untuk memprediksi suatu lingkungan organisasional
secara akurat, karena kurangnya informasi atau
ketakmampuan membedakan antara
data yang relevan dan yang tidak relevan (Miliken, 1987, dalam Buchko,
1994). Miller (1993) menambahkan bahwa hal-hal yang tak dapat diprediksi
sehubungan dengan organisasi dan lingkungan, memiliki dampak terhadap kinerja
perusahaan.
Para peneliti (Burn &
Stalker, 1961, dalam Miller & Droge, 1986; Laurence & Lorsch, 1967;
Thompson, 1967; Lorsch, 1977; Milles,
Morgan, Govin, & Heeley, 2000) menunjukkan pentingnya dimensi ketakpastian.
Mereka mengkaitkan dimensi ketakpastian itu dengan level dan perubahan yang tak
dapat diprediksi dalam selera konsumen, perilaku kompetitif, teknologi, sumber
suplay, dan lain-lain. Dimensi ketakpastian yang tinggi akan membuat suatu
pekerjaan administratif menjadi lebih kompleks dan tidak rutin sehingga mensyaratkan
suatu struktur yang kurang terformalisasi dan lebih fleksibel.
Dalam perspektif teori
kontigensi, organisasi yang memiliki kontigensi yang sama akan menunjukkan
struktur organisasi yang sama (Duncan, 1979). Struktur organisasi ditentukan
oleh lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal meliputi
lingkungan tempat organisasi beroperasi. Lingkungan internal meliputi ukuran
organisasi dan teknologi yang digunakan. Dalam kenyataan, organisasi yang
memiliki kontigensi yang sama tidak selalu memiliki struktur organisasi yang
sama tetapi berbeda. Perbedaan itu dapat dijelaskan secara historis (Lewin
& Stephens, 1994). Ilmu manajemen dibentuk dari berbagai sub-disiplin.
Spesialis dalam perilaku organisasional secara umum mempelajari/menguji fenomena
level makro; teoris organisasi berkonsentrasi pada fenomena level mikro;
interaksionis mengenali/memahami bahwa features
organisasional sering dipengaruhi oleh respon psikologikal individu.
Oleh karena itu, lingkungan
eksternal dan internal organisasi tidak cukup untuk menjelaskan determinan struktur organisasi.
Lewin dan Stephens (1994) mengemukakan perlunya menambahkan karakteristik pimpinan sebagai determinan
struktur organisasi. Karakteristik pimpinan mencakup latar belakang pimpinan,
perilaku pimpinan, dan demografi pimpinan (Lewin & Stephens, 1994).
Penambahan karakteristik pimpinan sebagai determinan struktur organisasi,
mendukung penelitian yang telah dilakukan Miller dan Droge (1986). Mereka
menemukan bahwa determinan psikologikal lebih banyak berpengaruh terhadap
struktur organisasi daripada determinan tradisional. Hal itu terjadi terutama
pada perusahaan kecil-menengah dan perusahaan yang masih muda. Miller dan Droge
(1986), yang telah mengeksplorasi hubungan
antara kepribadian pemimpin dan berbagai fenomena level makro (George,
1992), menggunakan variabel kebutuhan untuk berprestasi (nAch) pemimpin sebagai variabel psikologikal. Penelitian mereka
menunjukkan bahwa kepribadian
manajer/pemimpin mempengaruhi struktur organisasi dan bukan sebaliknya
(Entrialgo, Fernandez, & Vazque, 2000). Runtu & Handoko (2004) yang meneliti 50 UKM terbaik versi Accenture dan Majalah SWA untuk tahun 2000, 2001, dan 2002, menunjukkan dukungan atas pengaruh pemimpin dalam menentukan struktur organisasi. Kepribadian pemimpin (internal locus of control dan needs for achievement) terbukti berpengaruh terhadap pemilihan suatu struktur dalam suatu organisasi.
2. Apakah Struktur Organisasi itu
Struktur organisasi menunjukkan
bagaimana tugas pekerjaan secara formal dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan dalam suatu organisasi. Ada 6 elemen yang perlu diperhatikan
manajer dalam merancang struktur organisasi, yaitu:
2.1. Spesialisasi
Kerja: mendeskripsikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah
menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah.
2.2. Departementalisasi:
dasar yang dipakai dalam pengelompokkan pekerjaan sehingga tugas yang
sama/mirip dapat dikoordinasikan.
2.3. Rantai
Komando: garis tidak putus dari wewenang yang terentang dari puncak organisasi
ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa.
2.4. Rentang
Kendali: jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara efektif dan
efisien.
2.5. Sentralisasi
dan Desentralisasi: tingkat di mana pengambilan keputusan dipusatkan atau tidak
dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi.
2.6. Formalisasi:
tingkat di mana pekerjaan dalam organisasi dibakukan.
3. Desain Organisasional yang Umum: desain yang lasim
digunakan.
3.1. Struktur
Sederhana: tingkat departementalisasinya rendah, rentang kendali lebar,
wewenang terpusat pada satu tangan, dan formalisasi kecil.
3.2. Birokrasi:
tugas-tugas rutin dengan spesialisasi tinggi, formalisasi tinggi,
departementalisasi tinggi, wewenang terpusat, rentang kendali sempit, dan
pengambilan keputusan mengikuti rantai komando.
3.3. Struktur
Matriks: struktur yang menciptakan dua garis wewenang dengan menggabungkan
departementalisasi produk dan fungsional.
4. Pilihan Desain Baru
4.1. Struktur Tim
Karakteristik
utama dari struktur tim adalah memecah-mecah penghalang departemental dan
mendesentralisasi pengambilan keputusan sampai tingkat tim. Konsekuensi bagi
karyawan adalah mereka harus mennjadi generalis sekaligus spesialis.
Keuntungan struktur ini: struktur
tim saling melengkapi sehingga dapat mencapai efisiensi seperti pada birokrasi
dan sekaligus mendapatkan keluwesan karena berbentuk tim-tim kecil.
4.2. Organisasi Virtual/Jaringan/Modular
Merupakan
organisasi inti kecil yang menggunakan sumber daya dari luar bagi fungsi-fungsi
bisnis utama. Organisasi virtual sangat tersentralisasi dan dengan sedikit atau
tanpa departementalisasi.
4.3. Organisasi Tanpa Tapal Batas
Merupakan
organisasi yang menghapuskan rantai perintah, mempunyai batas rentang
pengawasan, dan mengganti departemen dengan tim yang diberi kekuasaan.
Organisasi ini melibatkan tim hirarkis silang, praktek pengambilan keputusan
partisipatif, dan penggunaan penilaian kinerja 360 derajat.
5. Mengapa Sttruktur-Struktur itu Berbeda
Dua
model desain organisasi yang ekstrim adalah model mekanistik dan model organik.
Model mekanistik diwakili oleh model birokrasi yang mana memiliki
departementalisasi kaku, rantai perintah yang jelas, rentang kontrol yang
terbatas, serta tingkat sentralisasi dan
formalisasi yang tinggi. Model organik diwakili oleh organisasi tanpa tapal
batas yang mana memilik struktur yang datar, menggunakan tim lintas fungsi dan
tim lintas hirarki, arus informasi yang bebas, rentang perintah yang lebar,
tingkat desentralisasi tinggi, dan tingkat formalisasi yang rendah.
Perbedaan
struktur organisasi disebabkan oleh adaya perbedaan-perbedaan sehubungan
dengan:
5.1. Strategi
·
Strategi inovasi akan menyebabkan organisasi
mengadopsi struktur yang organik
·
Strategi minimisasi biaya akan menyebabkan organisasi
mengadopsi struktur yang mekanik.
·
Strategi imitasi akan menyebabkan organisasi
mengadopsi struktur gabungan antara organik dan mekanik yang mana dilakukan kontrol yang ketat pada aktivitas
langsung dan perluasan kontrol hanya pada bagian-bagian tertentu.
5.2. Ukuran Organisasi
Semakin
besar ukuran suatu organisasi akan cenderung mengadopsi struktur yang
mekanistik: cenderung pada lebih banyak
spesialisasi, departementalisasi, dan tingkat pembakuan/formalisasi yang lebih
tinggi.
5.3. Teknologi
Semakin
rumit teknologi yang digunakan maka akan berdampak pada semakin organik desain
struktur organisasi tersebut. Meskipun demikian, dampak tersebut dimoderasi
oleh tingkat formalisasi yang ada pada organisasi tersebut.
5.4. Lingkungan
Semakin
tidak pasti suatu lingkungan (kapasitas, volatilitas, dan kerumitannya tinggi)
maka organisasi cenderung mengadopsi struktur yang organik.
6. Rancangan Organisasi dan Perilaku Karyawan
Hubungan
struktur organisasi dengan perilaku karyawan yang paling umum dikenal adalah
struktur yang organistik akan membuat karyawan lebih puas. Sedangkan struktur
yang mekanistik memungkinkan peningkatan produktivitas karyawan karena efek
spesialisasi yang tinggi pada model tersebut tetapi berpengaruh buruk terhadap
kepuasan karyawan. Meskipun demikian, hubungan tersebut masih dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual yang ada pada karyawan sehingga kesimpulan itu
tidak dapat digenenerilasikan tanpa memperhatikan keadaan individu karyawan.
7. Implikasi bagi Manajer
Manajer
perlu menyadari bahwa struktur organisasi aktual yang ada sering tidak dipersepsi secara tepat oleh
karyawan. Para karyawan dapat memiliki model implisit dari struktur organisasi
sebagai hasil persepsi mereka sendiri yang sering sangat berbeda dengan
srtruktur yang sebenarnya tetapi model implisit itulah yang justru mempengaruhi
perilaku mereka.
Catatan: Karena ada tugas dari Jurusan: Kuliah tanggal 19 Nopember 2013 ditiadakan. Kelas Pengganti akan dirundingkan di kelas berikutnya. Terima Kasih
Bahan Diskusi:
Setelah membaca materi
tersebut, apa yang menarik atau sebaliknya masih membingungkan pada pembahasan
tersebut. Selamat Berdiskusi ……