Rabu, 01 Juni 2011

Konflik keluarga dengan pekerjaan berdasarkan gender (review artikel)

Kinnunen, Ulla, & Saija Mauno. 1998. Antecedents and outcomes of work-family conflict among employed women and men in Finland. Human Relations, 51 (2): 157-177.


A.     Alasan dan Tujuan Penelitian
Ada dua jenis konflik yaitu interferensi dari pekerjaan ke keluarga dan interferensi dari keluarga ke pekerjaan. Penelitian-peneltian sebelumnya lebih mendasarkan pada penilaian interferensi dari pekerjaan ke keluarga, meskipun akhir-akhir ini sudah dimulai penelitian dengan dua arah konflik tersebut. Tujuan studi ini adalah menguji prevalensi/kebiasaan, anteseden, dan konsekuensi  konflik pekerjaan-keluarga di antara wanita dan pria bekerja di Finlandia.
B.     Metode
Sample diambil dari pekerja pria dan wanita yang bekerja dari 3 area ekonomi Central Finlandia. Dari 636 kuesioner yang kembali, hanya 501 yang dapat digunakan karena memenuhi kriteria yang telah ditentukan (sudah menikah atau hidup bersama). Prosedur: Kuesioner dikirimkan ke tempat kerja melalui pos.
Pengukuran: Interaksi pekerjaan-keluarga (Frone, Russel, & Cooper, 1992a,b; Bret & Yogev,1985); kemapanan pekerjaan (Greenhalgh, 1982; Johnson, Messe, & Crano, 1984; Jacobson, 1991); relasi kepemimpinan (Kinnunen & Natii, 1994); pengaruh pada pekerjaan (modifikasi dari skala Ashford, Lee, & Bobko, 1989); kepuasan perkawinan (Fowers & Olson, 1993); job exhaustion (Maslach & Jackson, 1984); dan overall outcome (Kinnunen & Natii, 1994).
Analisis data: analisis regresi hirarkikal digunakan untuk menguji relasi hipotetikal antara  variabel antesedens dan dua tipe variabel konflik pekerjaan-keluarga sedangkan konsekuensi konflik pekerjaan-keluarga pada well-being dianalisa dengan menggunakan MANOVA.
C.     Hasil
Prevalensi konflik pekerjaan-keluarga berada pada level moderat yakni sekitar 40% melaporkan mengalaminya termasuk yang kadang-kadang mengalaminya sedangkan prevalensi konflik keluarga-pekerjaan berada pada level rendah karena hanya 10% yang mengalaminya termasuk yang kadamg-kadang mengalaminya.
Anteseden konflik pekerjaan-keluarga ternyata secara signifikan berbeda untuk jenis kelamin. Bagi laki-laki, prediktor yang signifikan untuk konflik pekerjaan-keluarga adalah pendidikan dan jumlah anak dalam keluarga, sedangkan untuk wanita adalah pekerjaan purna waktu, relasi yang buruk dengan pengawas, dan rendahnya kemapanan pekerjaan. Sedangkan meningkatnya jumlah anak yang  tinggal di rumah merupakan prediktor bagi pria dan wanita.
=o0o=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar